Jumat, 03 Desember 2010

Cinta Kilat (part3)


ALVIN P.O.V.
Kepala Zeze tersandar rapi di pundakku.
Entah kenapa aku tidak berusaha menghindar atau menyenderkan kepalanya ke jendela.
Aku malah mengamatinya. Ia cantik saat terlelap, tanpa sadar aku membelai rambutnya dan berusaha melepaskan kacamata, yang tampaknya mengganggu.
Ku benahi letak kepalanya agar ia nyaman di pundakku.
Wajahnya kelihatan kelelahan, mungkin karena mempersiapkan barang-barangnya semalam.
Aku berpikir sejenak, kenapa aku memperhatikannya?
kenapa aku harus membiarkannya tidur di pundakku?
Dan kenapa sejak tadi jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya?
Tapi aku merasakan kenyamanan saat berada di dekatnya.
kenyamanan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
Kubiarkan pikiran-pikiranku melayang.                               
mataku terasa berat, dan aku mulai terlelap.

ZEVANA P.O.V

Aku membuka mataku perlahan. Entah kenapa aku tidur sangat nyenyak padahal ini tidur di bis. Aku menegakkan kepalaku, dan aku tersadar 'aku tertidur di pundak Alvin'.
Aku celingukan melihat teman-temanku, mereka sibuk dengan aktifitas masing-masing, kebanyakan memang tertidur.
'mudah-mudahan tidak ada yang memperhatikan kami.' pikirku.
Alvin, dia juga sedang tidur. Tapi, kenapa dia tadi membiarkanku tidur di pundaknya??
Aku berdiri. Keke, Deva, Ray, Oliv, Acha, dan Ozy sedang tidur.

“Ze, kamu sudah bangun?” Tanya bu Winda, wali kelasku.
“Ya,bu. Ada apa??”
“Sini, kamu belum makan siang kan??” kata bu Winda.

Aku berusaha keluar dari tempat dudukku dengan tidak membangunkan Alvin.

“Terima kasih,bu.” Ucapku setelah menerima dus yang berisi makanan.
“ya.sama-sama. Ini sekalian milik Alvin” kata bu Winda sambil memberikan satu dus lagi.

~~~~~~~~~~SKIP~~~~~~~~~~~~~~

“Hoaahhmm.” Aku mendengar suara Alvin menguap.
Aku menoleh.
Dia membuka mata sipitnya, dan mengucek matanya.
“Udah bangun Ze??” katanya
“Udah.” Jawabku singkat dengan mulut penuh makanan.
“Sepi banget disini.” Katanya sambil celingukan.
“Ya, anak-anak lagi pada tidur.Nih makanan lo.” Kataku sambil menyerahkan makanan yang diberikan bu Winda tadi.
“Thanks.” Ucapnya singkat.
“Eh,kacamata gue mana??” tanyaku.
“Hah?? Kacamata??” dia balik nanya.
“Iya,kacamata yang tadi gue pakek.” Kataku menjelaskan.
“Oh. Nih.” Katanya sambil memberikan kacamata ku.
“Kenapa tadi lo ambil??” tanyaku penasaran.
“Lha lo tidur pakek kacamata. Apa telinga lo gak sakit. Ya udah gue lepasin.” Jelasnya.
“Oh..thanks,deh.” Ucapku.

Dia perhatian banget sih, sampe hal sepele kayak gitu di urusin.
Aku meneruskan makanku dan terus memikirkan hal itu.
Alvin juga meneruskan makanannya.

Setelah selesai makan, aku bingung harus melakukan apa.
Aku hanya diam memandang ke lluar jendela bis.
“Ze,lo gak bosen apa daritadi diem mulu??” Tanya Alvin memulai pembicaraan.
“Hmm..bosen juga sih. Abis bingung mau ngapain.” Ucapku jujur.
“Ya,disini kan ada gue. Ajak ngobrol gue kek.” Katanya.
“Kan lo udah ngajak ngobrol gue duluan.”
“Iya,juga sih. Lo marah ya sama gue??” Tanya Alvin.
“Marah??kenapa gue harus marah??” aku balik bertanya.
“Mm..gak tau juga.” Kata Alvin garuk-garuk kepala.
“ya, kalo gitu gak usah nanya vin.” Ucapku
“Abis lo daritadi diem aja.”
“Gue diem, karenam gue bingung mau nbgomong apa.”kataku jujur.
“Hahahaha..Ngapain lo bingung??nyantai aja lagi.”katanya ngakak.
“Yahh..dia malah ngakak.”
Obrolan itu berlangsung lama dan seru. Kadang kami tertawa bersama. Aku merasa nyaman di dekatnya, obrolan kami juga nyambung.


Saat di kapal, aku bersama sahabat-sahabatku.
Obrolan kami, hanya AKU dan ALVIN.
Yah, sebenernya aku malu, tapi ya aku hanya menjawab pertanyaan mereka seadanya.

Aku menjauh dari mereka.
Mencari angina dan menikmati indahnya laut.
Aku merasa kedinginan. Aku mendekap tanganku, agar merasa lebih hangat.
Tapi tiba-tiba seseorang mmakaikan jaket dari belakang.
Aku menoleh.
“Alvin??” kataku saat melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar